Friday 14 June 2013

Lalai Menjaga dan Mengembangkan Budaya, Devisa Tersedot ke Luar Negeri



Beranda Rakyat Jember - Bangsa yang lalai dalam menjaga dan mengembangkan budayanya berpotensi membuat devisanya tersedot ke luar negeri.


Peringatan itu disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud RI, Prof. Dr. Kacung Marijan, dalam sarasehan bertema Perlindungan Benda Budaya Sebagai Upaya Melestarikan Nilai-Nilai Pancasila yang diselenggarakan oleh Universitas Jember bersama Paguyuban Pelestari Tosan Aji Nuso Barong di Gedung Soetardjo, Kamis (13/6). 

Peringatan Prof. Dr. Kacung Marijan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh badan milik PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, UNESCO. Penelitian tersebut kemudian menghasilkan Cultural Development Index.

“Dari data Cultural Development Index UNESCO, penduduk negara-negara berkembang hanya membelanjakan uangnya hanya 9 persen untuk budayanya sendiri, tapi justru mengkomsumsi 70 persen produk budaya negara maju. Bayangkan berapa besar  devisa yang lari ke luar negeri,” tanya Kacung Marijan.

Prof. Dr. Kacung Marijan  kemudian mencontohkan kondisi museum di Indonesia yang belum optimal sehingga masyarakat enggan berkunjung. Justru ada masyarakat kita yang senang mengunjungi museum di luar negeri.

“Saya pernah mengunjungi Museum Nasional di Jakarta jam delapan pagi, ternyata masih sepi dan pegawainya belum siap,” katanya memberikan contoh.

Belum lagi dengan komsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk budaya lain seperti musik, film, dan lainnya yang datang dari negara lain.

Oleh karena itu Ditjen Kebudayaan mendapatkan tugas dari Kemdikbud RI untuk membenahi manajemen pengelolaan kebudayaan serta mengintegrasikan kebudayaan dalam pendidikan.

Salah satu yang tengah ditempuh adalah memasukkan kebudayaan dalam Kurikulum 2013 dan bakal diterapkan.

“Termasuk tentang keris ini. Sebenarnya apa sih filosofi keris itu? Jangan sampai anak cucu kita nanti malah belajar keris ke luar negeri. Sebab jangan lupa kebudayaan itu tidak hanya mengenai produk saja, tetapi juga mencakup nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” ujarnya lagi.

Pernyataan Dirjen Kebudayaan ini mendapatkan dukungan dari pembicara selanjutnya yang merupakan pemerhati keris, KRA Panji Prasena Cokro Adiningrat. Menurutnya selama ini masyarakat mengidentikkan keris dengan hal-hal yang berbau klenik, namun nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam keris malah tidak diketahui. Bahkan tidak jarang terjadi salah paham akan keris yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO.


“Misalnya ada orang yang membakar kemenyan pada sebuah keris, disangka memberi makan yang menjaga keris. Padahal asap kemenyan tadi berfungsi melapisi keris agar tidak mudah berkarat,” tuturnya.

Dari penelitian yang dilakukan, asap kemenyan mampu membentuk lapisan lilin pada keris. “Makanya keris yang sudah berusia ratusan tahun peninggalan nenek moyang kita tetap awet. Ini sekaligus membuktikan bahwa nenek moyang kita sudah memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi,” jelas KRA Panji Prasena Cokro Adiningrat yang banyak membeberkan kandungan filosofis keris.

Seusai sarasehan Dirjen Kebudayaan membuka pameran Tosan Aji yang akan berlangsung hingga tanggal 15 Juni 2013. Para peserta pameran adalah paguyuban pecinta keris dan kolektor keris dari Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Mereka antara lain adalah Tundung Aji Madiun, Ajisaka Malang, Aura Pusaka dan Panji Patrem Trenggalek, Panji Blitar, Aji Wengker Ponorogo, Paksi Solo dan tuan rumah Pataji Nuso Barong Jember. (dins)

No comments :

Post a Comment

Punya Informasi Penting di Sekitar Anda, Sampaikan ke Redaksi dengan menghubungi 081 358 328 188

Berita Terlaris

Mari Jaga Kesehatan

Makan Makanan Bergizi dan Seimbang


Redaksi Beranda Rakyat

Translate

Pemerintahan