Monday 15 December 2014

Menjawab Surat Pengantin Spiritual

Oleh Nadzir Halimy

Salimin Bangsal menapaki lereng hingga gubuk kecil ujung bukit, tempat dia dulu pernah bersama Jamilah ketika Ramadan menunggu maghrib. Di tangannya sebuah lipatan ungu, lembaran surat dari Jamilah :

"Kang Salimin, aku menulis surat ini agar tidak ada kesalah pahaman di antara kita."
"Kang Salimin, mungkin kakang berpikiran aku menghindar karena tak lagi mencintaimu. Itu keliru. Aku menghindar agar kita tak lagi terbebani, karena aku sadar bahwa kita tak mungkin bersatu dalam ikatan. Aku berharap kakang memahami sikapku".

... Jamilah ...

Salimin mengambil pena dan menggoreskan jawaban.

"Jamilah, selemah apapun pria, dia ingin diperlakukan sebagai imam. Dan, sekuat apapun wanita, dia ingin perlindungan karena itu fitrah penciptaan. Semoga pria yg mendampingimu adalah imam dan pelindung yangg baik."

"Jamilah, setelah kekuatan Tuhan... kekuatan cintalah yangg terbesar. Tak ada benteng yang dapat menahan hadirnya cinta. Setelah misteri kegaiban Tuhan..., kegaiban cintalah yang paling misteri. Kita tak dapat menebak kepada siapa kita akan jatuh cinta, dan sejak kapan tumbuhnya cinta."

"Jamilah... engkau adalah pengantinku di alam spiritual. Engkau teramat indah, seakan penciptaanmu engkau sendiri yang merancangnya sesuai kehendakmu".


.... Salimin ....

Menjelang senja Salimin beranjak menembus gerimis yang menerpa wajahnya membuat samar air mata Salimin yang bercucuran.

No comments :

Post a Comment

Punya Informasi Penting di Sekitar Anda, Sampaikan ke Redaksi dengan menghubungi 081 358 328 188

Berita Terlaris

Mari Jaga Kesehatan

Makan Makanan Bergizi dan Seimbang


Redaksi Beranda Rakyat

Translate

Pemerintahan