Sunday 7 December 2014

Komandan Kodim 0824 Jember Ingatkan Perang Proxy




BERANDA RAKYAT JEMBER – Komandan Kodim 0824Jember, Letkol Wirawan Yanuartono, mengingatkan tentang ancaman proxy war, saat memberikan materi dalam Diklat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember di Hotel Bandung Permai, Minggu (7/12).

Pada masa sekarang, kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara dewasa ini semakin kecil. Namun bukan berarti tidak terjadi. Hanya saja bentuknya telah berubah, sesuai situasi global akibat perkembangan teknologi.

“Sifat dan karakteristik ancaman bangsa telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi. Kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara dewasa ini semakin kecil. Namun, adanya tuntutan kepentingan kelompok, telah menciptakan perang-perang jenis baru, diantaranya, perang proxy,” jelasnya.

Bergesernya karakteristik ancaman bangsa bisa dilihat dari pola tindak dan pola sikap masyarakat saat terjadi permasalahan. Juga budaya kegotongroyongan dan musyawarah mufakat sudah tidak nampak lagi. “Sehingga marak terjadinya aksi-aksi massa yang menjurus pada tindakan anarkis,” jelasnya.

Perang proxy (proxy war), jelas Wirawan Yanuartono, adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti. Tujuan memakai pemain pengganti yaitu untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko kehancuran fatal. 
 
Biasanya, lanjut Wirawan Yanuarto, pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil. Namun kadang juga bisa bukan negara (non state actors), yang dapat berupa LSM, ormas, kelompok masyarakat, atau perorangan.

“Sehingga melalui perang proxy ini, tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actors dari jauh,” terangnya.

Menurutnya, proxy war telah berlangsung di Indonesia dalam bermacam bentuk. Seperti gerakan separatis. Lepasnya Timor Timur dari Indonesia merupakan contoh proxy war yang nyata. Dimulai dengan pemberontakan bersenjata, perjuangan diplomasi, sampai munculnya referendum di pulau tersebut.

Contoh tersebut akan sangat mungkin muncul kembali melalui permasalahan-permasalahan lain yang tidak segera terselesaikan. “Yang akan dijadikan celah oleh pihak-pihak yang berkepentingan,” paparnya

Karena itu, perlu adanya langkah-langkah kongkrit dan terpadu oleh pihak-pihak terkait sebagai filter pada era serba keterbukaan saat ini. “Untuk itu, melalui acara-acara yang ada di wilayah Kodim 0824 Jember dan koramil, (saat) mendapatkan undangan agar memberikan materi (tentang perang proxy),” ujar Wirawan.

Sosialisasi yang disertai penjelsan tentang bahaya-bahaya yang diakibatkan proxy war, lanjutnya, akan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan antisipatif.

Langkah antisiptif tersebut yaitu selalu mengenali dan menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa. “Untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara,” tegasnya.

Masyarakat dapat ikut menangkal proxy war. Diantaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter dengan penanaman wawasan kebangsaan, bela negara dan meningkatkan rasa cinta tanah air.

“Kewaspadaan masyarakat harus senantiasa kita tingkatkan dalam rangka mengantisipasi proxy war yang jelas-jelas mengancam keselamatan bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tuturnya. (edy/aif)

No comments :

Post a Comment

Punya Informasi Penting di Sekitar Anda, Sampaikan ke Redaksi dengan menghubungi 081 358 328 188

Berita Terlaris

Mari Jaga Kesehatan

Makan Makanan Bergizi dan Seimbang


Redaksi Beranda Rakyat

Translate

Pemerintahan