Sepak terjang Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto sebagai seorang prajurit sudah banyak diketahui orang.
Putra
begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini
masuk Akademi Angkatan Bersenjata (Akabri) pada 1970 dan lulus empat
tahun kemudian dengan pangkat letnan dua. Dia meniti karier militer
sampai meraih pangkat letnan jenderal dan menjabat sebagai Panglima
Korps Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Namun banyak yang tidak mengetahui
kehidupan masa remaja Prabowo sebelum dia masuk tentara. Ternyata
Prabowo yang lahir pada 1951 ini pernah ikut mendirikan sebuah
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang
pemberdayaan ekonomi rakyat. Prabowo aktif dalam kegiatan tersebut
walaupun tidak lama.
Cerita soal Prabowo remaja itu
diungkapkan aktivis yang kini lebih banyak berkecimpung di dunia
bisnis Jusuf Abraham Rawis atau dikenal dengan Jusuf AR. Dia mengaku
pertama kali bertemu Prabowo suatu malam, sekitar April 1968. “Ada
teman saya, Mahir Algadry, yang mengenalkan seorang anak muda bernama
Prabowo,” katanya.
Dari pertemuan itu, kata Jusuf, mereka
sepakat menjalankan sebuah LSM yang dinamakan Lembaga Pembangunan.
“Itu mungkin LSM pertama di Indonesia,” kata Jusuf yang pernah
dipenjara karena dianggap terlibat dalam peristiwa Malapetaka Lima
Belas Januari (Malari) 1974.
Jusuf bercerita LSM yang dijalankan
bersama sejumah aktivis itu bergerak dalam bidang pemberdayaan
masyarakat desa. Mereka beberapa kali mengadakan kegiatan di sekitar
Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Mereka langsung bergerak ketika mendengar
warga Gunung Kidul, Yogyakarta, terkena wabah busung lapar. Lembaga
Pembangunan kemudian mengadakan kegiatan pengobatan gratis. Demikian
juga ketika mereka membantu memperbaiki irigasi sungai yang buruk di
sebuah desa. “Kami mengumpulkan pendanaan dari banyak donatur,”
tuturnya.
Dari pergaulan itu, Jusuf AR mengenang
Prabowo sebagai anak muda yang kreatif. “Mengagumkan sekali, biar
masih muda tetapi ide-idenya banyak, padahal umurnya masih 17 atau 18
tahun,” tuturnya.
Lembaga Pembangunan
tidak diikuti Prabowo terlalu lama, dia kemudian mendaftarkan diri
kuliah di sejumlah universitas di luar negeri. Sempat diterima di
tiga universitas terkemuka di Amerika Serikat, namun
akhirnya Prabowo memilih masuk Akabri pada 1970.
Cerita soal Prabowo
remaja juga sekilas ada di dalam buku Catatan
Seorang Demonstran yang merupakan kumpulan tulisan aktivis mahasiswa
Soe Hok Gie. Dalam catatan Soe Hok Gie, nama Prabowo muncul pada
1969. Soe menyebut nama panggilannya “Bowo”.
Soe Hok Gie dan
Prabowo tampak cukup dekat. Mereka beberapa kali kerap keluyuran
bareng. “Dari pagi keluyuran dengan Prabowo ke rumah Atika, ngobrol
dengan Rachma, dan membuat persiapan-persiapan untuk pendakian Gunung
Ciremai,” tulis Gie pada Kamis 29 Mei 1969.
Mereka juga mengurus organisasi yang
bernama Pioneer Korps. Soe sering menyebutnya sebagai pionir korpsnya
Prabowo. Hal ini seperti mengindikasikan bahwa organisasi itu
diprakarsai oleh Prabowo. Soe juga tampak cukup akrab dengan ayahnya
Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo.
Dalam tulisannya, Soe Hok Gie
menggambarkan Prabowo masih kanak-kanak cerdas dan cepat tanggap,
namun juga masih naif. “Ia cepat menangkap persoalan-persoalan
dengan cerdas tapi naïf. Kalau ia berdiam 2-3 tahun dalam dunia
nyata, ia akan berubah.” (catatan Soe Hoek Gie 25 Mei 1969).
Cerita soal Lembaga Pembangunan juga
sempat disebut dalam catatan Soe Hok Gie. Dia misalnya berpendapat
secara ekonomis organisasi ini tidak akan dapat berbuat banyak.
“Jumlah desa-desa di Indonesia beribu-ribu dan jumlah mahasiswa
yang bisa dikerahkan paling hanya beberapa ribu,” katanya.
Wartawan senior Aristides Katoppo
membenarkan bahwa Prabowo yang dimaksud Soe Hok Gie adalah Prabowo
Subianto. “Mereka memang berteman,” kata Soe Hok Gie. Saking
sibuknya berorganisasi, Prabowo tampak seperti tidak terlalu
memikirkan urusan asmara seperti remaja pada umumnya.
Wartawan Senior Sinar
Harapan Daud Sinjal bahkan mengatakan sepatu yang digunakan almarhum
Soe Hok Gie saat wafat di Gunung Semeru adalah sepatu pinjaman dari
Prabowo. "Karena mereka dekat, jadi ada cerita sepatu So Hok Gie
naik gunung yang dipinjamnya dari Prabowo," kata Daud. (sinar harapan)