BERANDA RAKYAT Jember - Pembagian
bantuan
langsung sementara (BLSM) kacau balau. Dari data yang tidak akurat hingga
konflik horisontal marak di tengah-tengah masyarakat. Wakil bupati pun merasa
jadi korban setelah ada warga penerima bantuan meninggal dunia.
"Perlu
ada penghentian sampai verifikasi dan validasi kembali. Ini akan jadi konflik
horisontal, akan ada korban lainnya. Polisi juga akan kesulitan menjaga,"
kata Ketua Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD Jember, Jawa Timur, Ayub
Junaidi.
Sementara Bupati Jember, MZA Djalal menolak usul
penghentian sementara distribusi BLSM seperti rekomendasi Komisi D DPRD Jember.
Djalal mengatakan, BLSM tidak berada di bawah kendalinya.
"Saya masih melihat, ketidaksempurnaan ini masih pada
batas ambang. Tidak sebagian besar. Sebagian besar data penerima sudah tepat.
Ada sebagian kecil yang tidak tepat sasaran, khususnya ada orang yang merasa
punya hak, tapi tidak memperoleh," jelas Djalal.
Djalal malah menginstruksikan kepada camat dan kepala desa
untuk mengintervensi pelaksanaan program BLSM agar berjalan lebih lancar. "Sampai
saat ini, saya selaku Bupati Jember, belum mendapatkan petunjuk baik itu
perencanaan, pengawasan, pengendalian, maupun bentuk pendistribusian
BLSM," kata Djalal.
Ia mengaku tetap melihat kondisi obyektif di lapangan. "Saya sudah instruksikan kepada camat dan seluruh kades, untuk sedikit mengintervensi dalam rangka kelancaran BLSM," katanya. Bila ditemukan ada warga yang tidak berhak menerima namun mendapatkan BLSM, Djalal berharap bantuan itu dikembalikan. "Bisa diambil, tapi berikan kepada yang berhak, daripada mubazir."
Ia mengaku tetap melihat kondisi obyektif di lapangan. "Saya sudah instruksikan kepada camat dan seluruh kades, untuk sedikit mengintervensi dalam rangka kelancaran BLSM," katanya. Bila ditemukan ada warga yang tidak berhak menerima namun mendapatkan BLSM, Djalal berharap bantuan itu dikembalikan. "Bisa diambil, tapi berikan kepada yang berhak, daripada mubazir."
Amburadulnya realisasi BLSM mengundang semangat protes Forum Rukun Tetangga dan Rukun Warga Kecamatan Kaliwates. Terlebih setelah keluarnya pernyataan Kepala BPS Jember, Wahyudi, yang menegaskan pendataan melibatkan RT dan RW setempat. “Bapak ini pejabat yang pembohong,” kata Maun, salah seorang Forum RT-RW.
Pemerintah Kabupaten sebenarnya memiliki Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan tingkat kabupaten yang dikomandani oleh Wakil Bupati Kusen Andalas. “Masyarakat tahu beliau adalah ketua tim percepatan penanggulangan kemiskinan tingkat kabupaten," kata Ketua Fraksi PDIP-IR Bukri.
"Pak Kusen terkorbankan,” katanya. Sementara BLSM berada di bawah kendali Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang diketuai Wakil Presiden Boediono.
Kusen Andalas juga dikenal sebagai ketua Dewan Pimpinan Cabang PDIP Jember. "Saya kira Pak Kusen harus menjelaskan kepada masyarakat mengenai persoalan BLSM apa adanya," kata Bukri.
“Beliau tidak paham apa petunjuknya. Kalau tidak ada petunjuk teknis, jadinya amburadul seperti ini," kata Bukri. (dins)
No comments :
Post a Comment